Cooling tower itu kayak jantungnya sistem pendingin industri. Tapi sayangnya, si “jantung” ini sering kena tiga penyakit klasik: korosi yang bikin pipa bolong-bolong, kerak yang nempel kayak karang di laut, sama biofouling alias lumut dan bakteri yang tumbuh subur.
Makanya, treatment kimia buat cooling tower bukan cuma pilihan—tapi kebutuhan wajib. Apalagi kalau sistemnya udah gede dan mahal, rusak dikit aja bisa bikin kantong jebol.
- Chemical Cooling Tower: Air Demin, NaOH, Biocide, dan Cara Setel Dosis
Tiga Musuh Utama Cooling Tower
Korosi: Si Perusak Diam-diam
Korosi tuh musuh nomor satu yang kerjaannya ngegerogotin logam secara perlahan. Biasanya mulai dari area yang kontak langsung sama air, terus nyebar kayak kanker. Yang bikin sebel, prosesnya lambat tapi pasti—sampai suatu hari eh tiba-tiba pipa pecah pas lagi peak operation.
Faktor pemicunya macem-macem: pH air yang terlalu rendah, kadar oksigen tinggi, atau bahkan elektrolisis karena ada logam beda jenis yang ketemu. Di Jakarta, misalnya, banyak cooling tower yang kena korosi parah gara-gara air PDAM yang agak asam.
Scale atau Kerak: Penghambat Aliran
Scale ini kayak kapur di ketel listrik rumah, cuma levelnya industri. Terbentuk karena garam-garam terlarut kayak kalsium karbonat atau magnesium sulfat yang ngendap pas air menguap. Makin lama makin tebal, akhirnya bikin transfer panas jadi payah.
Yang paling menyebalkan, scale ini keras banget dan susah dibersihin kalau udah terlanjur tebal. Pernah liat cooling tower yang scale-nya sampe 5 cm? Efisiensinya drop drastis, listrik boros, equipment cepet rusak.
Biofouling: Taman Lumut yang Nggak Diinginkan
Nah ini yang paling gampang keliatan—lumut hijau, bakteri, jamur, bahkan kadang ada siput kecil-kecil. Mereka suka banget sama lingkungan cooling tower yang hangat dan lembab. Selain bikin bau dan kotor, mikroorganisme ini juga bisa nyebabkan korosi mikrobiologi yang lebih parah dari korosi biasa.
Yang bahaya lagi, beberapa bakteri kayak Legionella bisa nyebabkin penyakit serius kalau terhirup. Makanya treatment biologi ini nggak bisa main-main.
Paket Chemical Standar untuk Cooling Tower
Corrosion Inhibitor: Pelindung Logam
Ini kayak sunblock buat logam. Corrosion inhibitor kerjaannya ngebentuk lapisan tipis di permukaan logam yang ngelindungin dari serangan korosi. Ada beberapa jenis:
Anodic Inhibitor – Biasanya berbasis fosfat atau molibdat. Cara kerjanya ngeblokir reaksi oksidasi di anoda. Tapi hati-hati, kalau dosisnya kurang malah bisa bikin pitting korosi yang lebih parah.
Cathodic Inhibitor – Biasanya pakai zinc atau polyphosphate. Tugasnya ngehambat reaksi reduksi di katoda. Lebih aman dibanding anodic inhibitor, tapi efektivitasnya kadang kurang maksimal.
Mixed Inhibitor – Kombinasi keduanya, yang paling banyak dipake sekarang. Contohnya azole-based inhibitor yang cukup populer.
Dosis normalnya sekitar 10-50 ppm, tapi ini sangat tergantung kualitas air dan material yang mau dilindungi. Air laut butuh dosis lebih tinggi dibanding air tawar.
Scale Inhibitor: Pencegah Kerak
Scale inhibitor ini tugasnya mencegah pembentukan kristal garam yang bisa jadi kerak. Cara kerjanya ada yang threshold inhibition (mencegah nukleasi kristal) atau ada yang crystal modification (ngubah bentuk kristal biar nggak nempel).
Jenis yang umum dipake:
Phosphonate-based – Kayak HEDP, ATMP, atau PBTC. Bagus buat mencegah scale kalsium karbonat dan kalsium fosfat. Dosisnya biasanya 2-10 ppm.
Polyacrylic Acid – Efektif buat scale kalsium karbonat, tapi kurang bagus buat kalsium sulfat. Dosisnya sekitar 3-15 ppm.
Polymaleic Acid – Specialist buat kalsium sulfat scale yang susah diatasi inhibitor lain.
Yang agak tricky, beberapa scale inhibitor bisa bikin masalah biofouling karena jadi nutrisi buat mikroorganisme. Makanya perlu balance yang pas sama biocide program.
Biocide: Si Pembasmi Mikroorganisme
Biocide ini ada dua jenis utama:
Oxidizing Biocide – Kayak klorin, bromine, atau ozone. Cara kerjanya ngoksidasi sel mikroorganisme sampai mati. Efektif dan cepat, tapi residunya cepat hilang dan bisa korosif.
Non-oxidizing Biocide – Kayak isothiazolinone, glutaraldehyde, atau DBNPA. Lebih stabil dan tahan lama, tapi harganya lebih mahal dan kadang toxic.
Program biocide biasanya pake sistem intermittent atau shock dosing. Misalnya, inject klorin 1-3 ppm selama 2-4 jam per hari, atau shock dose 10-20 ppm seminggu sekali. Frekuensinya tergantung beban kontaminasi dan kondisi cuaca.
Biodispersant: Pembersih Biofilm
Ini yang sering dilupain padahal penting banget. Biodispersant tugasnya ngurai biofilm yang udah terbentuk biar biocide bisa nembus dan efektif. Tanpa dispersant, biofilm bisa jadi “perisai” yang ngelindungin mikroorganisme dari serangan biocide.
Dosisnya biasanya lebih rendah, sekitar 5-25 ppm, dan sering dikombinasikan sama program biocide.
Peran Air Demin dan NaOH
Air Demin: Make-up Water yang Ideal
Air demin (demineralized water) atau air RO itu kayak starting point yang bersih buat sistem cooling tower. Kandungan mineral yang rendah bikin masalah scale jadi minimal dari awal.
Standar air demin yang bagus:
- Konduktivitas < 10 µS/cm
- Silika < 0.02 ppm
- Hardness mendekati nol
- pH sekitar 5.5-6.5
Tapi air demin yang terlalu bersih juga bisa agresif dan bikin korosi. Makanya kadang perlu conditioning dengan alkalinity buffer.
Di beberapa pabrik di Cikarang yang saya survey, mereka pake air demin buat make-up tapi tetep harus treatment lanjutan karena sistem cooling-nya udah terlanjur kotor.
NaOH: Pengatur pH Sistem
Sodium hidroksida atau NaOH ini sering diinjeksi buat jaga pH air cooling tower di range 7.5-8.5. pH yang tepat penting banget karena:
- pH terlalu rendah: korosi makin agresif
- pH terlalu tinggi: scale kalsium karbonat gampang terbentuk
Dosis NaOH biasanya 5-50 ppm, tergantung alkalinity air make-up dan target pH. Yang penting, injeksinya harus kontinyu dan merata, jangan sampai ada hot spot dengan pH tinggi yang bisa bikin scale lokal.
Cara Menghitung Dosis yang Tepat
Parameter Monitoring Wajib
pH dan Konduktivitas – Ini basic banget, harus dicek minimal 2x sehari. pH normal 7.5-8.5, konduktivitas biasanya 3-5x dari make-up water.
Langelier Saturation Index (LSI) – Ini indikator kecenderungan scale. LSI positif artinya air cenderung scaling, negatif artinya korosif. Target ideal LSI sekitar 0 sampai +0.5.
Ryznar Stability Index (RSI) – Kebalikan dari LSI. RSI 6-7 dianggap balance, di bawah 6 scaling, di atas 7 korosif.
Menghitung Dosis Lapangan
Rumus dasar dosis chemical:
Dosis (kg/hari) = Konsentrasi target (ppm) × Volume sirkulasi (m³) × 24 jam / 1000
Contoh kasusnya gini: Cooling tower 1000 m³ dengan sirkulasi 500 m³/jam, mau maintain corrosion inhibitor 20 ppm.
Dosis = 20 × 500 × 24 / 1000 = 240 kg/hari
Tapi ini belum consider losses karena blowdown, drift, sama degradasi chemical. Biasanya ditambah safety factor 10-20%.
Blowdown Rate juga krusial. Rumusnya:
Blowdown Rate = (Evaporation Rate) / (Cycles of Concentration – 1)
Cycles of concentration biasanya dikontrol di 3-5x buat menjaga balance antara water saving dan chemical losses.
Setting Dosing Pump
Dosing pump harus di-set dengan precision tinggi. Yang sering jadi masalah:
- Kalibrasi pump – Check actual output vs setting minimal sebulan sekali
- Backpressure – Pastikan pressure line stabil biar dosing konsisten
- Chemical compatibility – Beberapa chemical nggak bisa dicampur langsung
- Injection point – Lokasi injeksi harus strategis biar mixing optimal
Di pengalaman saya di beberapa pabrik tekstil di Bandung, banyak yang masalah dosing karena injection point salah tempat—chemical belum sempet mixing udah ke heat exchanger.
Panduan Praktis Treatment Harian
Rutinitas Pagi
Cek kondisi visual tower—ada lumut baru, bau aneh, atau perubahan warna air. Ukur pH dan konduktivitas, catat di logbook. Kalau ada drift dari normal, langsung investigasi.
Test chemical residual pakai test kit. Corrosion inhibitor biasanya pakai colorimetric test, scale inhibitor ada yang pakai fluorescence tracer.
Monitoring Mingguan
Analisa mikrobiologi sederhana pakai dip slide atau ATP meter. Kalau bacterial count di atas 10⁴ CFU/ml, saatnya shock biocide.
Check kondisi fisik dosing pump, clean strainer, dan pastikan chemical tank masih cukup. Banyak kasus system down gara-gara chemical habis pas weekend.
Program Shock Biocide
Ini yang paling crucial tapi sering salah eksekusi. Program shock biocide yang proper:
- Pre-shock – Inject biodispersant dulu 2-4 jam sebelum biocide
- Shock dose – Biocide 10-50 ppm tergantung tingkat kontaminasi
- Contact time – Maintain residual minimal 2 jam
- Post-shock – Drain dan refill sebagian air kalau perlu
Frekuensinya tergantung season—musim hujan biasanya butuh lebih sering karena kontaminasi organik tinggi.
Troubleshooting Masalah Umum
Korosi Terus Berlanjut Meski Udah Pakai Inhibitor
Kemungkinan penyebabnya:
- Dosis inhibitor kurang (paling sering)
- pH nggak stabil atau terlalu rendah
- Ada galvanic corrosion karena beda jenis logam
- Chloride content terlalu tinggi
- Mikrobiologi korosi (MIC)
Solusinya cek dosis aktual dengan tracer test, stabilkan pH pakai buffer system, dan isolasi beda jenis logam.
Scale Tetap Terbentuk Padahal Inhibitor Sudah Optimal
Biasanya karena:
- LSI terlalu tinggi (>1.0)
- Temperature operation melebihi design
- Mixing kurang baik di sistem
- Ada iron fouling yang jadi seed buat scale
- Inhibitor terdegradasi karena chlorine berlebih
Biofouling Susah Dikontrol
Yang perlu dicek:
- Program shock biocide kurang agresif
- Ada dead zone di sistem yang nggak kena treatment
- Nutrient load terlalu tinggi (organik, nitrogen, fosfat)
- Biofilm udah terlanjur tebal butuh mechanical cleaning
Tips Hemat Budget Chemical
Optimasi Cycles of Concentration
Naikin cycles dari 3 ke 4 bisa hemat chemical 25%. Tapi jangan terlalu tinggi nanti malah scale problem. Sweet spot biasanya di 3.5-4.5 cycles.
Sistem Automation
Invest awal emang mahal, tapi auto-dosing based on conductivity atau pH bisa hemat chemical 15-30% dalam jangka panjang. Plus mengurangi human error yang sering bikin overdose.
Bulk Purchase dan Storage
Chemical cooling tower biasanya lebih murah kalau beli dalam jumlah besar. Tapi perhatikan shelf life—jangan sampai expire sebelum habis dipake.
Rekomendasi Supplier dan Konsultasi
Untuk kebutuhan chemical cooling tower yang berkualitas, Anda bisa menghubungi PT Pashmitra Mandiri yang sudah berpengalaman melayani berbagai industri di Indonesia.
Kontak PT Pashmitra Mandiri:
- Telepon/WhatsApp: 0878-8885-8241
- Email: marketing@pashmitramandiri.co.id
- Website: https://pashmitramandiri.co.id
Tim technical mereka bisa bantu analisa sistem cooling tower Anda dan memberikan rekomendasi program treatment yang sesuai dengan kondisi spesifik plant.
FAQ Seputar Chemical Cooling Tower
Berapa lama chemical cooling tower bisa tahan?
Tergantung jenis chemical dan kondisi penyimpanan. Corrosion inhibitor biasanya 12-18 bulan, biocide 6-12 bulan, scale inhibitor bisa sampai 2 tahun kalau disimpan dengan benar.
Bisa nggak pakai air sumur langsung tanpa treatment?
Secara teknis bisa, tapi risikonya tinggi banget. Air sumur biasanya hardness-nya tinggi dan banyak kontaminan organik. Minimal harus softening atau filtering dulu.
Kenapa chemical cost makin lama makin mahal?
Beberapa faktor: kualitas air make-up makin buruk, sistem cooling tower yang aging butuh treatment lebih intensif, dan memang harga bahan baku chemical yang naik.
Apakah bisa treatment sendiri tanpa konsultan?
Bisa, tapi butuh knowledge dan experience yang cukup. Salah treatment bisa lebih mahal daripada konsultasi dengan expert. Apalagi kalau sistemnya besar dan critical.
Seberapa sering harus ganti total air cooling tower?
Nggak ada patokan pasti. Tergantung program blowdown dan kualitas treatment. Kalau program bagus, bisa berbulan-bulan nggak perlu total drain. Tapi kalau udah kontaminasi parah, mau nggak mau harus fresh start.
Yang paling penting, treatment cooling tower itu investment jangka panjang. Murah di depan bisa mahal di belakang kalau equipment rusak. Better spend proper di chemical daripada ganti heat exchanger yang harganya puluhan kali lipat.